Rabu, 25 Juli 2012

BAGAIMANA KEDIGDAYAAN CINA MENANTANG AMERIKA DAN DUNIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
China dewasa ini terlihat jelas di mana-mana, dalam berita, bahkan dalam tekanan ekonomi yang mendera Amerika. Dalam tahun-tahun belakangan, kebangkitan perekonomian Cina mengguncang seluruh dunia. Hanya dalam waktu singkat, ribuan perusahaan di Eropa, Asia, dan Amerika menjadi korban serbuan perdagangan Cina. Suatu fenomena yang sangat luar biasa bagi negara yang dahulunya terseok-seok menghadapi kemiskinan.
            Tentunya kita sangat ingin mengetahui rahasia dibalik kesuksesan mereka tersebut , dan untuk mengetahuinya adalah tepat jika membaca buku  Bagaimana kedigdayaan Cina menantang Amerika dan Dunia.
Buku ini menceritakan bagaimana raksasa Komunis yang tidur tersebut telah bangun dan dengan begitu cepat mengubah dirinya menjadi negara adidaya terbesar dalam masa mendatang yang sudah sangat dekat - dengan yang terbesar, tertinggi, terpanjang dan tercepat dari hampir semua yang ada, mengungkap fakta-fakta menarik yang menggambarkan proses panjang yang dilalui China hingga mencapai kesuksesan seperti saat ini.
Oleh sebab itu inilah buku yang wajib dibaca dan dianalisa para mahasiswa, pebisnis, pengamat ekonomi, jurnalis, dan siapa pun yang ingin memahami secara lengkap fenomena kebangkitan ekonomi Cina dan dampak-dampak internasionalnya di berbagai bidang.
2. Metode Penulisan
            Metode yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode penulisan referensi dan pembahasan. Yang mana penulis menggunakan banyak literature dalam penulisan makalah ini, seperti buku-buku, internet, dan sumber-sumber lain. Dalam penulisan makalah ini penulis juga melakukan pembahasan mengenai apa-apa saja yang perlu di ambil dan di jadikan referensi.
            Dalam pembahasan penulis menyaring semua informasi yang ada dan merangkumnya menjadi sebuah makalah yang utuh dan lengkap. Metode penulisan yang penulis gunakan ini memiliki kelebihan dari metode-metode yang lain karena selain sederhana, metode ini juga paling gampang untuk di mengerti dan diolah karena sumbernya berasal dari buku-buku.
1.      Tujuan dan Manfaat
3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ’’ Politik dan Pemerintahan Negara-negara Asia Timur ’’ yang diberikan pada penulis serta untuk memberikan gambaran umum mengenai rahasia-rahasia dibalik kekuatan ekonomi negara China yang terus meningkat hingga saat ini.

3.2 Manfaat
Sedangkan manfaat dari makalah ini adalah diharapkan dapat :
1.      Menambah wawasan mahasiswa mengenai perkembangan perekonomian China,
2.      Menaruh minat dan mendorong pembaca terutama mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman dan kecendrungan terhadap negara China khususnya dalam bidang perekonomian China.












BAB II
PEMBAHASAN

Dalam tahun-tahun belakangan, kebangkitan perekonomian Cina mengguncang seluruh dunia. Hanya dalam waktu singkat, ribuan perusahaan di Eropa, Asia, dan Amerika menjadi korban serbuan perdagangan Cina dan buku Bagaimana kedigdayaan Cina menantang Amerika dan Dunia adalah jawaban yang tepat  dari semua pertanyaan yang akan timbul dalam pikiran kita. Namun disini penulis hanya fokus kepada informasi yang terdapat dalam bab I sampai bab IV. Adapun informasi yang dapat kami tangkap dari buku tersebut ialah :
1.                  BAB I : NAIK KAPAL YANG CEPAT DI NEGERI CHINA YANAG LAMBAT
            Sungai Huangpu yang mengalir berkelok-kelok di sepanjang Shanghai membingungkan pikiran. Shanghai menjelma menjadi jantung bisnis China. Selama satu setengah abad , arus perubahan yang mengalir melewati Cina modern telah tampak lebih jelas di tepian Shanghai dibanding tempat lain.Selera Barat bercampur dengan selera China dalam skala yang besar , sehingga The Bund yang merupakan pusat perdagangan Shanghai tampak seperti Eropa.
            Di awal abad keduapuluh, Shanghai masuk dalam pusat perdagangan bersama London, New York, Paris dan Tokyo. Shanghai juga merupakan pelabuhan kedua tersibuk di dunia. Setelah orang asing menciptakan Shanghai sebagai pelabuhan dunia, kota ini kemudian segera membuktikan diri sebagai magnet bagi orang-orang Cina yang berharap untuk bekerja di pabrik-pabrik atau menjadi tempat perlindungan ketika masa pegolakan sosial.
            Sejak masa-masa awal modern, Sanghai, menjadi kediaman sekelompok orang Yahudi dalam juga kecil tapi punya peran luar biasa yang asalnya dari Irak, Spanyol Portugal dan India. Disebut-sebut Yahudi berperan juga membangun Shanghai menjadi surge kapitalis di tengah banteng Negara Komunis dengan menguasai saham bangunan. Hiburan dan keuangan , mereka menciptakan Shanghai menjadi Negara yang tidak terlalu Ketimuran dan Barat.
            Shanghai menjadi kota modern yang paling dibanggakan. Namun, sejarah dominasi asing disini menjadi salah satu luka nasional yang abadi. Shanghai yang dulu adalah kota yang korup tapi memesona, biadab tapi canggih , menjijikan tapi memberi keuntungan. Shanghai pernah dilikiskan sebagai Pelacur Asia, sehingga rakyat Shanghai menjadi tersinggung yang segera mereka lupakan dengan membangun gedung-gedung pencakar langit dan rakyat Shanghai kemudian menjadi orang yang paling percaya diri dan dalam partai Komunis, kepemimpinan tertingginya berasal dari sini.
                                    Bagaimana Taiwan Menyerbu Shanghai 
            Gubei adalah salah satu daerah di Shanghai yang pernah benar-benar tak terlihat namun sekarang adalah kantong baru orang asing di kota Shanghai. Gubei ini menjadi suatu kota di Shanghai yang menyerupai Asia yang makmur yang terletak di luar China. Sama halnya dengan Shanghai Gubei diciptakan untuk dan oleh orang luar negeri. Orang luar negeri yang dimaksud adalah orang China luar negeri yang kebanyakan datang dari Taiwan yang menjadi tambahan aneh pada suasana setempat. Karena pemerintah mereka sendiri di Taipei tidak memiliki kedudukan resmi di Republik Rakyat tersebut. Orang-orang dari Taiwan ini datang dengan membawa perlindungan politik yang lemah, juga membawa uang dan pengetahuan membuat Shanghai tidak bisa menolaknya.
            Jumlah mereka sendiri sulit diketahui, akan tetapi berkisar antara 250.00-500.000 orang. Bisnis Taiwan berpindah ke China dengan cepat hingga muncul ketakutan dalam negeri Taiwan sendiri bahwa perekonomian mereka akan jadi melemah. Orang-orang Taiwan di Shanghai adalah orang-orang yang percaya dan tidak meragukan China yang lebih besar, ditambah lagi, Shanghai adalah kediaman baru bagi konglomerat global Taiwan terkemuka.
            Dan tidak hanya bagi orang Taiwan, Gubei kini melayani juga mereka yag berasal dari Jepang, Korea, terutama dari Asia Tenggara dan Hong Kong.
                                    Kehidupan Seks dan Kota Shanghai
            Memang tidak bisa dipungkiri , Seks masih menjadi salah satu daya pikat Shanghai. Perbedaan kekayaan antara ekspatriat dan orang kaya lokal, dan banyaknya penduduk yang mencari jalan untuk naik , menjadi resep untuk menjalin semua jenis hubungan di kota ini.


                                    Bangunan-Bangunan Menjulang
            Pudong yang terletak di seberang Huangpu dan The Bund yang tadinya merupakan persawahan yang dapat tumbuh menjadi kediaman hampir enam ribu bisnis yang didanai asing.  Bisnis-bisnis asing memanfaatkan status Pudong sebagai Zona Ekonomi Khusus atau Special Economic Zone (SEZ) yang memperoleh pajak dan insentif lainnya dan dekat dengan pemimpin-pemimpin China.
            Pemerintah China telah berinvestasi sebesar $12 miliar untuk proyek infrastruktur yang hanya untuk menyiapkan tanah tersebut agar dapat menampung lebih banyak bangunan. Pesatnya pembangunan di Pudong, sama seperti banyak pembangunan China yang didanai oleh uang masyarakat.
            Di antara bangunan-bangunan yang dapat dengan mudah dikenali adalah Orient Pearl Television Power. Yaitu menara TV tertinggi di Asia dan ketiga di dunia, kemudian Gedung Jinmao. China telah memperoleh kembali tempoatnya yang tepat sebagai puasat yang tentu saja dihormati atau mungkin bahkan ditakuti.
2.                  BAB II REVOLUSI TERHADAP REVOLUSI KOMUNIS
Toko keluarga Li Zhanwei yang terletak di ujung paling sepi di pasar benda serilangka dongtai di Shanghai menjual segala sesuatu. Rak-rak serbaguna yang membentang dari lantai sampai langit-langit dapat menjadi rak untuk gudang peralatan atau toko suku cadang mobil, kecuali bahwa rak-rak itu secara acak di isi dengan potongan-potongan kecil China masa lalu.
Toko Li tersebut sebagian besar memperoleh penerangan matahari dari luar, tetapi di bawah lampu neon disesuatu ruang kecil yang remang-remang dibagian belakang terdapat pelat-pelat keramik yang telah di tutupi kotoran debu ratusan tahun lamanya. Dan didalamnya tersimpan uang-uang logam yang sudah rusak dan untaian –untaian  nasib mujur yang menjanjikan satu dari seratus bentuk kebahagiaan keluarga Li tersebut juga mempunyai berbagai macam kunci tua bergaya cina yang menjadi favorit insinyur-insinyur yang berkunjung dari amerika dan Jerman.
Keluarga Li tersebut juga menyimpan cukup banyak peralatan untuk membunuh-kampak ,pedang ,belati ,tombak, sekop bermata setajam pisau cukur dan pisau untuk memotong kuda- untuk mengisi ruangan peralatan studio Hong-Kong. Andaikata Shanghai dan China tidak berubah begitu cepat bapak dan ibu Lii tentu saja sama sekali tidak akan menjual apapun. Kisah mereka adalah contoh kekuatan sangat besar yang bekerja di China yang mengantarkan orang-orang jauh dari masyarakat pertanian nenek moyang mereka dan memasukan perdagangan dunia.
Satu Koma Sekian Miliar Otak, untuk berhadapan dengan Cina dewasa ini Anda harus berhadapan dengan rakyatnya-berapapun banyaknya. Perbedaan antara hitungan resmi sebanyak 1,3 miliar dan perkiraan barat hingga 1,5 miliar timbul dari analisis oleh badan-badan intelejen konsumsi beras cina, yang jauh melebihi kebutuhan 1,3, juta orang .Orang-orang yang tidak dimasukan dalam angka resmi Cina benar-benar tersembunyi diantara orang banyak.
Rencana – rencana Rahasia Komunis, ketika Cina mengawali abad ke 21 dan penduduknya bergerak untuk mencari kebebasan dan memperoleh kekuasaan paradok terbesarnya adalah bahwa semua perubahan ini telah terjadi di bawah pengawasan partai komunis Cina. Contoh yang paling jelas tentang hambatan komunis terhadap pertumbuhan ialah masalah kepemilikan pribadi. Sejak masa-masa awal komunisme pemerintah Cina dalam suatu entuk atau yang lain, memiliki seluruh tanah di Cina.
Kolektivisasi dan ketidakpuasannya, pada pertengahan tahun 1950-an, Cina beralih dari perguruan tanah peroranganmenjadi model kolektivisasi soviet pada masa stalin.Stalin menyembelih ribuan kulak yaitu mantan – mantan petani yang sama seperti mantan petani penyewa di Cina.Telah diberikan petak-petak tanah kecil selama gelombang reformasi pra-kominis. Sistem koektivisasi  yang baru akan menciptakan kembali penduduk petani yang jumlahnya sangat banyak di cina. Era kolektivisasi juga era pengekangan  bagi penduduk pedesaan di Cina.
Bagaimana delapan belas petani menyelamatka China ? Kelaparan yang terus- menerus menimpa kawasan – kawasan yang luas di pedalaman China sepanjang tahun 1960-an dan 1070-an mengobarkan gerakan bawah tanah salah satu kelompok petani yang sejak itu telah dipaksakan menjadi mitologi populer oleh kaum pembaharu pasca. Mao, delapan belas petani yang sudah putus asa untuk memperoleh cara yang lebih baik guna memberikan makan keluarga mereka sepakat untuk membagi- bagi tanah  yang mereka olah secara kolektif dan memberikan petak – petak tanah yang berbeda – beda kepada masing- masing keluarga.
Pertanian kolektif pada masa iti di wajibkan untuk membayar “pajak padi” yaitu pembagian yang masuk kesaluran distribusi pemerintah. 18 petani dengan berani menandatangani perjanjian tersebut dengancap jari mereka pada bulan desember.Dengan mencapai hanya dalam hitungan bulan Cina hasil tanah tersebut meningkat dramatis . Pejabat-pejabat provinsi dengan rela membolehkan eksprimen yang melanggar hukum itu berjalan terus. Secara resmi China melembagakan sistem tanggung jawab Rumah Tangga tersebut pada tahun 1980.
3.                  BAB III UNTUK MEMBUAT 16 MILIAR KAUS KAKI, LANGGGAR TERLEBIH DAHULU UNDANG-UNDANG
            Provinsi Hubei merupakan provinsi yang berada di tengah-tengah negara Cina. Provinsi Hubei termasuk daerah terkaya dalam bidang pertanian seperti padi dan sayuran.
Namun menariknya, walaupun terdapat keindahan alami dan potensi jangka panjang untuk melakukan pembangunan ekonomi di Hubei, banyak masyarakat yang meninggalkan daerah itu. Bahkan hampir setiap keluarga mengirimkan anggota keluarganya sebagai utusan untuk mencoba peruntungan di kota.  Hal tersebut dapat terjadi karena petani-petani hanya mengerjakan bidang tanah yang sangat kecil, ditambah lagi dengan pemikiran yang berkembang di masyarakat bahwa pekerjaan kota yang paling kecil sekalipun, menawarkan gaji yang lebih baik daripada upah di daerah pertanian yang miskin. Ditambah lagi dengan adanya keputusan Kongres Rakyat Nsional tahun 1998 untuk mengurangi setengah anggaran Departemen Pendidikan  yang mengakibatkan pendidikan pedesaan mengalami kemerosotan yang tajam.
            Ketidakadilan tersebut menarik dua orang suami-istri Chen Guidi dan Wu Chuntao untuk menganalisa kehidupan masyarakat pedalaman dan melahirkan sebuah tulisan yang berjudul “China’s Peasants: An Investigasion” yang kemudian di bukukan setelah mendapat respon yang luar biasa dari semua kalangan masyarakat termasuk pemerintah. Namun disini respon yang didapat dari pemerintah bukanlah pujian melainkan kecaman, bahkan pemerintah melarang  dan menghentikan penjualan buku tersebut.
            China’s Peasants: An Investigasion menceritakan berbagai kisah masyarakat pedalaman yang terkesan di peras oleh pemerintah. Setengah abad reformasi pertanian, telah sering mengakibatkan para petani hampir tidak memiliki kekayaan sedikitpun dan masih tetap saja menggunakan metode pertanian yang sangat primitif sambil diperas untuk membayar pajak. Bagaimana mungkin para petani yang hanya menghasilkan sebagian kecil dari pendapatan  masyarakat kota namun dituntut untuk menanggung pajak yang sangat jauh lebih tinggi daripada penduduk kota.
            Melihat kenyataan tersebut Pemerintah mulai menyadari bahwa ketimpangan antara kawasan yang makmur dan pedalaman Cina dapat mengancam stabilitas dan kemajuan negara itu, sehingga pada tahun 2004 pemerintah mengumumkan langkah-langkah yang ditujukan untuk membenahi keluhan-keluhan petani seperti keringanan pajak, subsidi dan upaya-upaya untuk mendorong industry didirikan di daerah miskin di Cina.  Akan tetapi hal tersebut tidak mampu mengubah tanah-tanah pertanian kecil menjadi mesin pertumbuhan industry di China. Kondisi di China pedesaan sering mengerikan dan strategi pemerintah untuk mengakhiri kemiskinan di pedesaan masih berfokus pada upaya mengeluarkan orang-orang dari tanah pertanian.
            Untuk memulai suatu peruntungan di kota, para penduduk yang melakukan migrasi tersebut membutuhkan modal yang biasa mereka dapatkan dari pengusaha-pengusaha kota yang berperan sebagai bank bagi penduduk desa dan tentu saja dengan ketentuan-ketentuan yang sangat ketat.
            Kaum migran sering mengadu pada untung dari toko kecil atau menjadi buruh pabrik. Namun begitu pemerintah memberikan izin untuk memasuki bisnis, semangar kewirausahaan pun merebak. Dan yang paling menarik ialah kebiasaan penduduk setempat yang cenderung bersaing namun dengan cara memproduksi barang yang sama dengan orang-orang disekitarnya. Sehingga mudah dijumpai suatu kota yang hanya menghasilkan satu produk saja atau kota-kota yang mendapatkan julukan seperti Kota Sepatu China, Ibu Kota Peralatan Listrik China, Kota Pulpen China dll.
            Keadaan tersebut membuat perusahaan-perusahaan besar asing seperti Amerika, Jepang, Paris tertarik untuk menjadikan kota-kota China sebagai pemasok barang-barang produksi mereka, karena selain mudah dan jelas untuk mendapatkannya, barang yang dihasilkan pun mempunyai kualitas yang cukup tinggi namun terjangkau. Setelah sekian lama, hal itu kemudian menghantarkan China sebagai kota yang maju dalam bidang perekonomian.

4.                  BAB IV TEMUILAH GEORGE JETSON DI BEIJING
Sekarang kota-kota di China merupakan mesin kekuatan ekonomi, sehingga persaingan antara kota-kota sangat sengit terjadi. Rakyat China sering mengatakan bahwa mereka secara kultural cenderung menabung dan membuat rencana persiapan untuk menghadapi sesuatu yang sudah pasti, yaitu ketidakpastian yang suatu saat nanti pasti akan muncul, rakyat China memiliki tingkat tabungan tertinggi di dunia, dengan menyisihkan rata-rata empat persen penghasilan mereka. Dalam rangka menuju dewasa kemudian rasa optimis warga China pun muncul, yaitu kesediaan mereka membangun dengan cepat dan membangun sesuatu yang besar.
Sebelum komunis merebut  kekuasaan, 90 persen industri China terpusat di kota-kota besar di sepanjang pantai timur. Pada tahun 1930-an, investasi besar-besaran dari Jepang di Manchuria, belahan timur laut China menjadikan kota Shenyang, yang saat itu disebut Mukden, sebagai pusat industri utama. Namun, setelah pemerintahan Komunis China memegang kepemimpinan, kemajuan ekonomi kota-kota di China dan daya tariknya bagi investor dunia tidak lagi dianggap penting. Pertimbangan-pertimbangan strategis dan politik didahulukan.
Ketikapemerintah China dibawah Deng Xiaoping berubah haluan, negara itu berpaling sekali lagi ke kot-kotanya yang pernah tumbuh pesat. Mungkin saja para petani sudah mulai merovolusi perdagangan, tetapi akhirnya China mendukung reformasi dengan antusias dan kadang-kadang dengan kemampuan yang luar biasa, di pusat-pusatperkotaan yang dipilihnya.
Salah satu contoh sumber daya yang direncanakan dengan baik adalah Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Shanghai. Lembaga itu menjadi pusat kajian terkemuka di dunia, dan dengan bantuan lembaga ini Shanghai mampu memancarkan kehebatan China berupa pesawat ualng-aliknya, pekan raya dunia dan Manhattan. Oleh karena itulah setiap ilmuwan dan pejabat kota di dunia mulai tertarik untu mempelajari China lebih jauh, sehingga pada gilirannya sarjana-sarjana terbaik di akademi tersebut diundang untuk tinggal agak lama di universitas Ivy League di Amerika dan jaringan sesama universitas lainnya di seluruh dunia. Keuntungan juga di dapat oleh China, dimana ketika para sarjana kembali pulang ke China, mereka akan mengajarkan pemikiran-pemikiran internasional terbaik mengenai bagaimana membangun kota-kota modern.
Qiyu Tu adalah asisten presiden Akademi Shanghai dan salah satu penghubung utama akademi tersebut dengan para pejabat kota itu. Tu juga salah seorang anggota komisi orang-orang pilihan yang ditugasi untuk merencanakan perjalanan masa depan kota tersebut. Komisi itu mempelajari tentang Shanghai dalam budaya, keuangan, industri, dan tata ruang kota. Kelompok Tu mengumpulkan pengalaman dari perjalanannya, misalnya kota-kota terbaik di dunia ini menilai tinggi bangunan-bangunan klasiknya.
Arisitektur Shanghai sebelum Perang Dunia II mencerminkan kerinduan untuk terhubung dengan budaya Eropa, baik kuno maupun modern. Rumah-rumah bangsawan Inggris dirancang seperti benteng, villa-villa Perancis mengisi kawasan elit kota, dan menara-menara apartemen dengan gaya terbaru pada tahun 1920-an dan 1930-an memberikan kekhasan pada kompleks-kompleks perkotaan. Namun, saat pembangunan kembali pra-1949 di kota tersebut banyak bangunan yang dirobohkan. Walaupun kota China tidak bersifat Eurosentrik lagi, namun beberapa tempat di kota itu mempertahankan daya tarik masa lalunya yang bergaya China dan dapat diselamatkan dari pembangunan kota.
Negara China terhenti di dalam suasana perkotaan Amerika pada tahun 1960-an, dengan lebih menyukai hampir segala sesuatu yang baru dibandingkan dengan rumah-rumah dan bangunan-bangunan kantor perkotaan yang sudah menua, dan masih belum tersasarkan dengan etos pelestarian. Apabila Shanghai ingin mempersiapkan diri dengan sangat baik untuk memikat bisnis-bisnis terbesar di dunia, mereka harus memindahkan kantor-kantor pusat regional atau bahkan globalnya ke kota itu.
Salah satu perubahan yang paling tidak kentara namun demikian menarik perhatian ialah keputusan untuk memaksa pemilik rumah-rumah yang lebih tua untuk memamerkannya. Pemerintah China juga telah mengeluarkan keputusan agar kota-kota secara besar-besaran memperluas ruang hijaunya. Shanghai telah melakukannya, dengan meratakan hamparan-hamparan tanah yang luas di kota itu untuk membangun taman dan kebun.
Untuk memperoleh tempatnya yang menjadi haknya, kota itu juga menetapkan bahwa dirinya harus menghilangkan bau busuk dan kotoran dari generasi industri-industrinya sebelumnya. Kini setelah kebangkitan Shanghai kembali, Tu dan perencana-perencana Shanghai lainnya harus berhasil menjinakkan sesuatu yang sekali lagi yang menjadi dorongan yang tidak dapat dicegah dalam perekonomian China untuk memusatkan industri ke kota-kota besar di belahan timur China.
Chen Jiahai, direktur Pusat Penelitian Kebijakan Pembangunan (Development Policy Research Center) di aokademi Shanghai, mencatat bahwa mulai tahun 1950-an hingga 1970-an, dua pertiga provinsi di China mengandalkan jaringan industrinya sendiri untuk memasok hampir apa saja yang dikonsumsi warganya.  Kota Shanghai menguasai 5 persen perekonomian China dan menarik minat hampir 10 persen investasi asing di negara itu. Tingkat pertumbuhannya juga dengan nyaman melampaui rata-rata nasional. Hal itu menjadikan kota tersebut sebagai pilihan terbaik dari orang-orang dan bisnis ynag mencari tempat di China.
            Kompetisi untuk membangun kota menimbulkan friksi antara pemerintah pusat dan provinsi-provinsi, provinsi yang satu dengan kota yang lain, dan kota yang satu dengan kota yang lain. Poster, perangko dan sampul majalah ynag meagungkan mesin-mesin yang kuat adalah warna dan daya tarik komunisme selama masa kekuasaan Mao. Namun, perbedaanya sekarang adalah ada uang yang dihasilkan. Kalau digunakan dengan cara kapitalis yang efesien, mesin-mesin besar menyebabkan uang makin banyak. Dan bahkan kalau digunakan dengan cara kapitalis yang kurang efesien, tidak ada tempatnya, dan korup pun, jaringan pemilik dan pemakainya masih dapat merekayasa keberuntungan.
             Perubahan besar-besaran terjadi di China, pembangunan kota untuk menyaingi berbagai ibu kota besar berjalan lebih cepat apabila terdapat persediaan tenaga kerja berupah rendah yang hampir tidak ada habis-habisnya untuk mengerjakannya, dan pada awal tahun 2004, lebih dari tiga ratus bangunan lebih dari lima kelas tingkat tingginya sedang dikerjakan di Shanghai.
            Tidak hanya Shanghai yang mengalami transformasi yang cepat, namun kota Shenzhen juga mengalaminya, bahkan lebih dari Shanghai. Pada tahun 1980 ketika Deng Xiaoping memilih kota tersebut sebagai salah satu pusat eksperimen kapitalisme pasar pertama di negeri itu dan menyebut Shenzhen sebagai Zona Ekonomi Khusus atau SEZ (Special Economic Zone) di China. Sehingga dengan cepat kota Shenzhen berkembang menjadi lebih besar daripada Paris, Montreal, atau Los Angeles.
            Itu semua dilakukan Deng karena lokasi Shenzhen dekat dengan Hong Kong, sehingga dapat menarik minat dan uang perusahaan-perusahaan dari Hong Kong. Shenzhen akan memikat investor-investor asing masuk, yang akan membawa teknologi, barang untuk diolah dan valuta asing yang bernilai, terutama dollar. Di Shenzhen pemerintahan pusat juga dapat memimpin perubahan. Hingga saat itu, pemerintah hanya berperan sebagai pengikut, dengan menyesuaikan reformasi di sekitar bisnis yang telah dimulai petani-petani di China.
            Pada masa itu, pemimpin-pemimpin China masih belum mengharapkan usaha swasta memainkan peran dalam segala bidang untuk mengubah nasib China. Sebaliknya, para pemimpin tersebut mengharapkan beberapa zona kapitalis yang berbeda-beda dapat menyediakan obat bagi kekurangan lapangan kerja, perekonomian yang tidak sehat, dan perbendaharaan negara yang menipis. Reformasi China demikian diputuskan Deng, tidak akan meninggalkan Mrxisme. Diatas semuanya itu, reformasi tersebut tidak akan menyerahkan kekuasaan dikuar Partai Komunis, ynag masih harus dipandang sebagai pelindung masa depan. Keputusan ini dikenal dengan rumusan “sosialisme dengan karakteristik China” (socialism with Chinese characteristic) diucapkan dengan jelas oleh Deng dalam pidato yang sangat menentukan di hadapan Kongres Nasional Partai Komunis pada tahun 1982.
            Sejauh pemerintah dapat mengupayakan pembangunan Shenzhen bertahan, mereka juga dapat menahan pengaruh buruk yang ada dalam diri kapitalisme. Agar hal itu terjadi, SEZ menawarkan keunggulan-keunggulan unik di dalam batas-batasnya. Orang-orang yang membawa usaha ke dalam zona tersebut akan menerima keringanan pajak yang sangat besar.
            Pembangunan awal Shenzhen pada tahun1980-an dan 1990-an menandai peran yang kemudian hari akan dimainkan China dalam perekonomian dunia. Hong Kong sebagai pusat industri utama pada tahun 1980, menggunakan Shenzhen sebagai sarana untuk mempertahankan industri-industrinya tetap bersaing dengan berpaling pada tenaga kerja yang lebih murah di daratan tersebut, dan dalam melakukan hal itu sekaligus mengubah perekonomiannya sendiri menjadi sesuatu yang lebih didasarkan pada perdagangan dan jasa.
            Pada tahn 1980, pabrikan menguasai hampir seperempat perekonomian Hong Kong, tetapi pada tahun 2002 angka tersebut menjadi kurang dari satu di antara sepuluh penduduk Hong Kong bekerja di pabrik, pada tahun 2002 angka tersebut menjadi kurang dari satu di antara sepuluh penduduk. Kemerosotan Hong Kong sebagai produsen dapat disejajarkan dengan peran yang dialami sebagian besar negara dengan perekonomian yang maju di dunia, kecuali bahwa kejatuhan Hong Kong tersebut terjadi lebih awal dan berlangsung makin jauh.
            Kuatnya persaingan perekonomian yang terjadi dan rendahnya upah yan diterima, membuat para tenaga kerja harus lebih berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak tenaga kerja wanita yang bekerja di pabrik-pabrik mulai beralih meninggalkan pekerjaannya dan mereka berjuang untuk diteruma bekerja di klub-klub karaoke di kota tersebut. Akibatnya pula, para wanita banyak menjadi pekerja seks dan rentan terkena penyakit AIDS.
            Dalam penanganan polusi udara, pemerintah China berjanji untuk melaksanakan standar polusi yang lebih ketat pada masa mendatang, tetapi janji tersebut akan mengandalkan kesediaan pemerintah-pemerintah daerah untuk berperan sebagai polisi, sesuatu yang hampir tidak pasti. Akan tetapi kemajuan China sekarang juga tidak mungkin tidak terkait dengan mobil yang dipandang sangat berperan penting dalam pembangunan China.















BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Ringkasnya buku “ Bagaimana kedigdayaan China menantang Amerika dan Dunia” mengajak kita menelusuri jantung bisnis China, yaitu Shanghai menggunakan perahu di sepanjang Sungai Huangpu untuk menyaksikan sebuah surga kapitalis di tengah benteng Negara Komunis. Ada fakta menarik. Ternyata untuk membangun kota ini menjadi surga kapitalis, dibutuhkan juga peran Yahudi . Diceritakan bahwa, Shanghai menjadi tempat pelarian 30.000 kaum Jewish ketika peristiwa pembunuhan besar-besaran oleh Hitler dan Nazinya.
Kesemuanya itu berawal dari cerita tentang delapan belas petani pedalaman yang memberontak dari sistem ‘pertanian kolektif’ khas komunis untuk menemukan sendiri jalan kekayaannya. Dari sini, reformasi Maoisme berevolusi menjadi Kapitalisme yang dibidani oleh petani-petani komunis yang miskin tersebut. Sekularisme yang terkenal dengan ungkapan Deng Xiaoping “tak peduli apakah kucingnya hitam atau putih, asalkan ia menangkap tikus”.
Di sini adalah awal keajaiban China dimulai. Bagaimana suatu raksasa yang pernah terseok-seok oleh kemiskinan dan ideologi Komunis akhirnya menjadi pusat kapitalisme global yang sangat kuat. Yaitunya perubahan aktivitas para petani yang bermigrasi besar-besaran ke kota dan memulai bisnis industri rumahan yang kemudian melejit menjadi bisnis yang mampu menarik Asing untuk berkerja sama.
Demikian selanjutnya revolusi itu berjalan dengan cepat. Dari ribuan pabrik-pabrik berbiaya rendah dengan output yang sangat besar di tengah 1,3 milyar konsumen di China dan membanjiri dunia. Dilanjut dengan aliran deras modal asing dan pengetahuan teknologi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Berujung pada sebuah gambaran bahwa di masa depan terjadi urbanisasi produksi ke China dari segala penjuru dunia.
Pengakuan atas kebangkitan China tidak berarti sikap menyerah terhadap China. Namun, itu berarti mengakui kebenaran luar biasa yang sedang kita semua hadapi. Kita semua menyadari sepenuhnya tentang kebangkitan China. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya atau di belahan bumi manapun. Demikian, kita perlu mengetahui apa yang sedang terjadi dewasa ini di China pekerja demi pekerja, pabrik demi pabrik dan mengapa hal itu mempengaruhi setiap orang di muka bumi ini.
2.      Saran
Buku “Bagaimana kedigdayaan China menantang Amerika dan Dunia” sangat menarik untuk dibaca, karena mengandung fakta-fakta unik yang dijelaskan dengan lugas dan tepat sasaran. Oleh sebab itu sangat bagus untuk dibaca oleh semua kalangan apalagi mahasiswa agar dapat membangun Indonesia dengan perekonomian yang menyamai bahkan lebih dari China kedepannya.












DAFTAR PUSTAKA
Fishman, Ted.        .  China Inc. Bagaimana Kedigdayaan China Menantang Amerika dan Dunia.  
http:// Resensi Buku   China Inc. _ Gayuh Nugroho Dwi Putranto.htm
http:// content_detail.php.htm





Tidak ada komentar: